Breaking News

Komunitas Bergerak dalam Aksi Bersih Lingkungan



TebingTinggi — Di tengah meningkatnya kekhawatiran akan krisis lingkungan, komunitas-komunitas lokal di berbagai daerah Indonesia justru tampil sebagai garda terdepan dalam aksi nyata. Bukan sekadar kampanye di dunia maya, tetapi kerja lapangan langsung yang menyentuh inti persoalan: sampah, kesadaran, dan keberlanjutan. Fenomena ini kian viral dan menginspirasi, mulai dari pantai hingga gang sempit perkotaan.

Salah satu kisah inspiratif datang dari berbagai komunitas pecinta alam, pelajar, hingga warga biasa yang secara rutin menggelar kegiatan clean-up day, membersihkan area publik dari sampah plastik, limbah rumah tangga, hingga material berbahaya. Gerakan seperti ini tak lagi sekadar aksi simbolik, melainkan bentuk perlawanan terhadap kelumpuhan struktural dalam pengelolaan sampah.

Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Indonesia menghasilkan lebih dari 68 juta ton sampah per tahun, dan sekitar 17% di antaranya tidak tertangani dengan baik. Akumulasi sampah ini berkontribusi langsung terhadap pencemaran tanah, air, serta gas rumah kaca dari limbah organik yang terurai.

Di sinilah peran komunitas menjadi sangat vital. Mereka tidak menunggu regulasi atau birokrasi bergerak. Mereka menggerakkan perubahan dari bawah. Aksi seperti membersihkan sungai, mendaur ulang sampah, hingga membuat bank sampah digital menjadi solusi alternatif yang nyata.

Kajian dari World Bank (2021) menyebut bahwa partisipasi komunitas dalam pengelolaan sampah berbasis masyarakat dapat meningkatkan efisiensi pengumpulan sampah hingga 60% lebih tinggi dibanding sistem konvensional. Ini artinya, kekuatan kolektif warga punya potensi besar untuk mengatasi krisis lingkungan jika difasilitasi dan didukung secara berkelanjutan.

Namun, ada tantangan besar: keberlanjutan gerakan. Banyak komunitas yang semangatnya tinggi di awal, tapi tidak memiliki dukungan jangka panjang, baik dari sisi pendanaan, logistik, maupun penguatan kapasitas. Oleh karena itu, solusi strategis harus melibatkan kolaborasi multipihak — pemerintah, swasta, media, dan lembaga pendidikan — untuk menciptakan ekosistem pelestarian lingkungan yang berkelanjutan.

Langkah awalnya bisa sederhana: memberikan pelatihan, menyediakan insentif seperti potongan pajak bagi pelaku daur ulang, hingga platform digital untuk publikasi dan penggalangan dukungan. Lebih dari itu, menjadikan edukasi lingkungan sebagai kurikulum wajib sejak dini akan menanamkan kesadaran jangka panjang bagi generasi masa depan.

Aksi bersih-bersih lingkungan oleh komunitas bukanlah gerakan kecil. Ia adalah energi sosial yang tumbuh dari kesadaran akan pentingnya menjaga bumi, satu sudut kota demi satu. Ketika komunitas bergerak, lingkungan menjadi lebih bersih, masyarakat lebih peduli, dan masa depan lebih hijau.

CariFakta.com

Advertisement

Type and hit Enter to search

Close