![]() |
Pempek Palembang |
TebingTinggi — Tren bisnis kuliner saat ini tak hanya didominasi makanan modern bergaya luar negeri. Justru, sejumlah menu khas daerah mulai dilirik sebagai peluang usaha kekinian yang menjanjikan. Inovasi pengemasan, pemasaran digital, hingga adaptasi selera generasi muda membuat kuliner tradisional kembali naik daun, tanpa kehilangan jati dirinya.
Di era serba cepat dan visual seperti sekarang, kuliner lokal yang dikemas secara menarik bisa memiliki daya jual tinggi. Sebut saja nasi kucing angkringan dari Yogyakarta, pempek Palembang, batagor Bandung, atau seblak khas Sunda—semuanya kini hadir dalam berbagai konsep kekinian seperti food truck, booth kontainer, hingga layanan pesan antar digital.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Koperasi dan UKM, sektor kuliner menyumbang lebih dari 41% dari total kontribusi UMKM terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada 2023. Angka ini menunjukkan bahwa kuliner masih menjadi primadona dalam bisnis skala kecil hingga menengah, terutama jika mampu menjangkau pasar luas melalui inovasi digital dan branding lokal.
Menu khas daerah memiliki keunggulan karena membawa narasi budaya dan rasa otentik yang tidak dimiliki makanan modern. Contohnya, rendang dari Minang yang kaya rempah dapat dikemas dalam bentuk frozen food siap saji untuk pasar urban. Sate lilit Bali juga mulai banyak diadaptasi sebagai menu catering premium. Bahkan, lapis legit dan klepon kini tampil dalam bentuk dessert box yang disukai generasi muda.
Namun, agar kuliner khas daerah bisa bertahan dalam persaingan bisnis kekinian, beberapa tantangan perlu diatasi. Di antaranya adalah standardisasi rasa, pengemasan higienis, pemasaran yang efektif, serta edukasi nilai budaya agar tidak kehilangan konteks aslinya. Di sinilah peran penting pelatihan usaha, kemitraan dengan platform digital, dan dukungan pemerintah daerah sangat diperlukan.
Kajian dari Center for Culinary Innovation (2022) menegaskan bahwa sinergi antara pelaku usaha, pemerintah, dan komunitas pecinta kuliner mampu meningkatkan daya saing kuliner lokal hingga 35% dalam jangka 3 tahun. Inovasi tidak berarti meninggalkan tradisi, melainkan menjembatani nilai lama ke dalam format yang relevan dengan zaman.
Solusinya, pelaku usaha bisa memulai dengan riset pasar sederhana, memilih menu khas yang masih jarang ditemukan di wilayah mereka, lalu menyajikannya dengan sentuhan modern. Sentuhan desain kemasan, promosi melalui media sosial, serta storytelling tentang asal-usul makanan akan memberikan nilai tambah sekaligus memperkuat identitas merek.
Bisnis kuliner berbasis menu khas daerah bukan hanya soal keuntungan. Ia juga sarana pelestarian budaya dan penggerak ekonomi lokal. Di tangan generasi kreatif masa kini, cita rasa tradisional bisa hidup kembali dengan cara yang lebih segar, berkelanjutan, dan mendunia.CariFakta.com
Social Footer