![]() |
| Serangan Iran ke Israel menyebabkan ledakan dahsyat hingga menerangi langit malam di Tel Aviv. (Foto: AP/Tomer Neuberg) |
TebingTinggi – Situasi di Timur Tengah kembali memanas setelah Israel meluncurkan serangan udara ke sejumlah fasilitas strategis di Iran, termasuk pusat pengayaan nuklir di Natanz dan Fordo. Iran membalas dengan meluncurkan ratusan rudal balistik dan drone ke wilayah Israel, menyebabkan korban jiwa dan kerusakan infrastruktur di sejumlah kota.
Militer Iran menyatakan peluncuran lebih dari 100 drone dan puluhan rudal balistik sebagai respons terhadap serangan Israel pada Jumat (13/6/2025). Sementara itu, Israel mengklaim sebagian besar proyektil berhasil dicegat sebelum mencapai wilayah pemukiman, meskipun beberapa rudal berhasil menghantam area padat penduduk.
Menurut laporan Magen David Adom, dua warga sipil tewas dan belasan lainnya luka-luka akibat rudal yang menghantam kota Rishon Lezion. Selain itu, serangan menyebabkan kerusakan parah pada empat rumah di kawasan tersebut. Ledakan besar juga mengguncang Tel Aviv dan Yerusalem, dengan otoritas militer Israel meminta warga berlindung selama situasi berlangsung.
Sistem pertahanan udara milik Amerika Serikat yang ditempatkan di kawasan dilaporkan ikut serta dalam menanggulangi serangan, menurut pejabat pertahanan AS yang enggan disebutkan namanya.
Di sisi lain, laporan dari media Iran menyebut adanya ledakan dan kebakaran besar di Bandara Internasional Mehrabad, Teheran. Gambar dari media sosial menunjukkan asap hitam pekat membumbung dari area sekitar bandara.
Kantor berita Associated Press melaporkan bahwa Israel menggunakan sekitar 200 pesawat tempur untuk menggempur lebih dari 100 target militer dan nuklir Iran. Serangan ini juga melibatkan drone yang sebelumnya telah diselundupkan ke wilayah Iran melalui operasi intelijen Mossad.
Dalam serangan ke fasilitas nuklir Natanz, Kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Rafael Grossi mengonfirmasi bahwa bagian atas instalasi tersebut rusak parah. Ia juga menyatakan bahwa fasilitas listrik dan generator darurat telah hancur, yang berpotensi memengaruhi bagian pengolahan uranium di bawah tanah.
Tiga jenderal tinggi Iran dilaporkan tewas dalam serangan udara Israel, yaitu Jenderal Mohammad Bagheri, Hossein Salami, dan Amir Ali Hajizadeh. Ketiganya merupakan tokoh penting dalam komando militer dan program rudal balistik Iran.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa operasi militer ini telah dirancang sejak akhir 2024. Ia juga menyebut bahwa Amerika Serikat telah diberi informasi mengenai rencana tersebut sebelum serangan dimulai.
Kepala IAEA juga menyampaikan kekhawatiran terhadap eskalasi ini dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB. Ia menekankan pentingnya penghentian segera serangan demi mencegah bencana yang lebih luas, mengingat risiko kerusakan fasilitas pengayaan uranium yang berpotensi menuju produksi senjata nuklir.
Sejumlah negara menyerukan penghentian kekerasan dan mengingatkan akan risiko konflik regional skala penuh. Hingga saat ini, baik Iran maupun Israel belum memberikan sinyal akan menghentikan serangan satu sama lain.CariFakta.com
