![]() |
Kayu-kayu itu bukan sekadar batang pohon yang tumbang. Banyak di antaranya telah terpotong rapi, tanpa kulit, sehingga memunculkan dugaan kuat keterlibatan aktivitas pembalakan. Pertanyaan besar pun bergema:
Apakah ini murni amuk alam, atau ada jejak kelalaian manusia yang berujung petaka?
Wakil Ketua MPR RI Eddy Soeparno menjadi salah satu tokoh pertama yang mendesak pemerintah mengusut tuntas fenomena ini. Ia menilai keberadaan kayu gelondongan dalam jumlah besar saat banjir Batangtoru, Tapanuli Selatan, adalah anomali yang tak bisa diabaikan.
“Adanya kayu gelondongan yang sangat nyata di depan mata kita... sumbernya dari mana? Ini perlu ditindaklanjuti,” ujarnya di Jakarta Selatan, Sabtu (29/11/2025).
Eddy meminta pemerintah menelusuri apakah kegiatan penebangan di wilayah hulu dilakukan sesuai prosedur. Bila ditemukan unsur ilegal, ia menegaskan para pelaku harus diproses untuk memberikan efek jera.
Dorongan serupa datang dari Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Alex Indra Lukman. Ia menilai pembentukan tim investigasi nasional sangat diperlukan, meski prioritas saat ini masih pada masa tanggap darurat.
“Saya rasa itu perlu, tapi selesaikan dulu masa tanggap darurat ini,” kata Alex di Kompleks Parlemen, Senin (1/12/2025).
Anggota DPR lainnya, Daniel Johan, turut meminta pembentukan tim investigasi guna memastikan penyebab munculnya kayu-kayu berukuran besar tersebut.
“Tim investigasi diperlukan agar masyarakat memahami secara jelas apa yang sebenarnya terjadi,” tegas Daniel.
Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian menyatakan pihaknya juga telah meminta aparat menelusuri asal-usul kayu tersebut.
“Itu perlu investigasi dari aparat penegak hukum di sana. Kami tidak bisa menjawab sekarang,” ujar Tito di Kantor Kemendagri, Senin (1/12/2025).
Tito mengakui ada dua isu yang berkembang:
-
Kayu berasal dari aktivitas illegal logging, atau
-
Kayu merupakan material lapuk yang terseret banjir dari hulu.
Namun ia menegaskan bahwa kepastian hanya bisa diperoleh lewat penyelidikan resmi.
Penyelidikan juga dilakukan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Direktur Jenderal Gakkum KLHK, Dwi Januanto Nugroho, menyebutkan dugaan awal bahwa kayu-kayu itu berasal dari area Pemegang Hak Atas Tanah (PHAT) di kawasan Areal Penggunaan Lain (APL).
“Secara visual, kayu-kayu yang terlihat adalah bekas tebangan yang sudah lapuk. Kami duga itu dari PHAT yang belum sempat diangkut,” kata Dwi, Jumat (28/11/2025).
Ia menegaskan bahwa Gakkum KLHK sering menemukan modus pencurian kayu melalui jalur PHAT, termasuk di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.
“Ini masih kami cek. Aksesnya sulit, tapi kami sinyalir ke sana,” imbuhnya.
Bencana atau Kelalaian? Publik Menunggu Jawaban
Hingga kini, belum ada kesimpulan pasti mengenai sumber gelondongan kayu yang memperburuk dampak banjir. Namun, kuatnya dorongan dari DPR, KLHK, dan Kemendagri membuka jalan bagi penyelidikan lebih menyeluruh.
Apakah kayu-kayu itu hasil pembalakan liar yang dibenarkan oleh cuaca ekstrem?
Atau bencana ini adalah kombinasi mematikan antara kerusakan lingkungan dan intensitas hujan?
Sementara investigasi berlangsung, publik menanti jawaban yang jelas—agar tragedi serupa tidak kembali merenggut nyawa di masa mendatang. DB
