Breaking News

Kenapa tren reunian makin ramai pasca-pandemi?



TebingTinggi — Setelah dua hingga tiga tahun penuh pembatasan sosial akibat pandemi COVID-19, masyarakat kini mulai kembali menghidupkan interaksi sosial yang sempat terhenti. Salah satu tren yang mencolok adalah maraknya acara reuni, baik skala kecil seperti alumni sekolah dasar hingga temu akbar lintas angkatan dan wilayah. Media sosial pun ramai menampilkan dokumentasi acara reunian yang tak hanya sekadar nostalgia, tetapi juga sarat makna emosional dan sosial.

Fenomena ini bukan tanpa sebab. Pandemi telah menciptakan jeda panjang dalam hubungan sosial tatap muka. Keterbatasan interaksi selama masa karantina dan pembatasan mobilitas menimbulkan kesadaran akan pentingnya koneksi antarindividu. Menurut studi yang dirilis Journal of Social and Personal Relationships (2022), individu yang menjalani isolasi sosial selama pandemi mengalami penurunan signifikan dalam kesejahteraan emosional, dan banyak dari mereka mencari pemulihan melalui interaksi langsung.

Reuni menjadi media tepat untuk menjawab kerinduan tersebut. Bukan hanya karena alasan nostalgia, melainkan sebagai cara untuk memperbarui hubungan sosial, membangun kembali jejaring, bahkan sebagai terapi emosional pasca-pandemi. Kegiatan seperti berbagi cerita masa lalu, mengenang guru atau teman yang telah tiada, hingga saling mendukung secara finansial atau psikologis menjadi dinamika baru dalam reuni saat ini.

Namun tren ini juga memiliki tantangan tersendiri. Beberapa orang merasa tertekan karena perbandingan sosial saat bertemu teman lama, terutama jika menyangkut karier, status sosial, atau pencapaian hidup. Di sinilah pentingnya pendekatan empatik dan inklusif dalam menyelenggarakan acara reuni, agar kegiatan tersebut benar-benar menjadi ruang aman untuk semua peserta.

Solusinya, penyelenggara harus lebih sensitif terhadap keberagaman kondisi peserta. Pendekatan yang tidak fokus pada prestasi atau kemewahan, melainkan pada kebersamaan dan pengalaman emosional, menjadi kunci sukses acara reuni. Penyesuaian kegiatan dengan aktivitas menyenangkan seperti games ringan, forum bebas cerita, atau kegiatan sosial seperti donasi bersama dapat meningkatkan keterlibatan dan kenyamanan peserta.

Secara psikologis, reuni juga dapat memberikan manfaat jangka panjang. Kajian dari American Psychological Association (APA) menunjukkan bahwa hubungan sosial yang terpelihara dengan baik, termasuk melalui reuni, dapat menurunkan risiko stres kronis dan depresi, serta meningkatkan rasa memiliki dan identitas diri yang sehat.

Reuni bukan hanya urusan masa lalu, tapi juga bagian dari proses pemulihan sosial di masa kini. Di era pasca-pandemi, tren ini mencerminkan kebutuhan manusia akan kehadiran nyata satu sama lain, dan pentingnya menjaga hubungan sebagai bagian dari keseimbangan hidup.CariFakta.com

Advertisement

Type and hit Enter to search

Close